Musisi Amerika Billy Joel pernah bilang, “I think music in itself is healing. It’s an explosive expression of humanity. It’s something we are all touched by. No matter what culture we’re from, everyone loves music.” Sudikah kita meneriakkan kata setuju atas pernyataan tersebut?
Musik merupakan bahasa universal yang tidak perlu banyak penguasaan. Untuk memahaminya yang perlu dilakukan hanyalah dengar, rasakan melalui melodinya dalam tiap rima yang terlantun.
Ketika kita sedang bahagia, kita akan menikmati lagunya. Namun ketika kita sedang bersedih, kita akan memahami maknanya. Apapun itu tidak pernah ada salah maupun benar. Semua berhak memiliki musiknya masing-masing.
Para peneliti dari McGill University di Kanada pada studi mereka tahun 2011 menemukan bahwa mendengarkan musik mampu meningkatkan jumlah dopamin yang diproduksi di otak. Efeknya adalah meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik bahkan dapat dijadikan sebagai pengobatan yang layak untuk mengatasi depresi/ kesehatan mental lainnya.
Secara sains, musik mampu merangsang lebih banyak bagian otak daripada fungsi manusia lainnya. Jadi jangan heran ketika kita mendengarkan musik, banyak stimulus yang bisa kita rasakan setelahnya. Berbagai macam jenis musik yang ada rasanya sudah mampu mewakili perasaan orang dalam berbagai macam situasi: ketika sedih, marah, senang, kecewa, bahkan galau haha.
Di tengah pandemi saat ini, ketika fisik saling terpisah oleh jarak, rasanya musik menjadi salah satu hal yang mampu menguatkan bahkan membuat kita tampak dekat dan terasa melekat.
“Music is the medicine of the mind.”
John Logan